- POTENSI PERTANIAN
Desa Kukuh memiliki Potensi utama dalam bidang pertanian mengingat secara bentangan hamparan lahan pertanian produktif hingga saat ini bejumlah sekitar 77Ha yang tergabung dalam 2 Subak yaitu Subak Mumbu & Subak Samsaman. Hasil Pertanian utama di wilayah Desa Kukuh adalah Padi. Potensi Perkebunan di Desa Kukuh hingga saat ini adalah berupa umbi-umbian dan tanaman kebutuhan pokok seperti cabai, sayur-sayuran, terong, jahe, dan lain sebagainya.
- POTENSI PENGERAJIN
Heterogennya keterampilan Masyarakat Desa Kukuh Kecamatan Kerambitan menghasilkan tumbuhnya potensi-potensi kerajinan yang digeluti oleh masyarakat. Berikut ini adalah potensi kerjaninan yang terdapat di Desa Kukuh – Kerambitan :
Pengerajin Sanggah
Hingga tahun ini, terdapat 5 pusat kerajinan sanggah di Desa Kukuh Kerambitan. Produk hasil kerajinan sanggah ini dipasarkan pada pasar lokal dan Nasional. Khusus pasar lokal, hasil kerajinan sanggah ini diminati oleh warga sekitar Desa Kukuh hingga luar Kabupaten Tabanan. Dalam hal Pasar Nasional, hasil kerajinan dari beberapa pengerajin sanggah yang terdapat di Desa Kukuh Kerambitan ini telah dipasarkan hingga ke luar Provinsi, seperti di Kabupaten Banyuwangi, Lampung, dan bahkan hingga ke Ibu Kota Negara yaitu Jakarta.
Pengerajin Wadah/Bade
Wadah atau Bade tentu saja sudah tidak asing lagi ditelinga orang Bali. Bade atau juga disebut Wadah adalah sarana religius dalam upacara ngaben yang digunakan untuk membawa sawa atau jenasah ke setra untuk melakukan proses sementara dalam hal upacara sawa wedana khususnya dalam upacara ngaben di Bali. Di Desa Kukuh Kerambitan terdapat pengerajin Wadah/Bade yang kini masih ada dan melayani kebutuhan masyarakat di dalam Desa maupun di luar Desa bahkan hingga sampai lintas Kabupaten.
- POTENSI PETERNAKAN
Ternak babi adalah salah satu potensi yang digeluti oleh masyarakat Desa Kukuh Kecamatan Kerambitan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya permintaan supplay daging babi oleh pasar lokal untuk kebutuhan perdagangan & konsumsi. Selain ternak babi, ternak sapi, kambing dan ayam juga menjadi pilihan masyarakat dalam upaya menggerakkan sektor ekonomi berbasis rumah tangga.
- POTESI KESENIAN
Kesenian Okokan
Okokan adalah instrumen semacam bel berukuran raksasa yang dibuat dari kayu yang dijadikan alat komunikasi oleh kelompok masyarakat di desa-desa terpencil. Instrumen yang sama, namun dengan ukuran yang lebih kecil disebut kroncongan yang biasa dipasang di atas pohon untuk mengusir binatang–binatang perusak tanaman kelapa, sebagai kalung ternak (sapi maupun kerbau). Atas prakarsa masyarakat Kukuh (kabupaten Tabanan) di mana terdapat cukup banyak instrumen okokan, alat-alat bunyi ini ditata menjadi sebuah barungan yang disebut Okokan atau kalau di Indonesiakan menjadi Ombelan I Kayu Bolong yang artinya suara yang keluar dari kayu yang dilobang, dan tiada lain OKOKAN. Ada sedikitnya 30 buah okokan dalam barungan ini. Sejumlah pemain yang memainkan dengan cara mengocoknya. Selain okokan dalam barungan ini juga dimasukkan dua buah kendang, 1 buah kajar, 6 buah cengceng dan sejumlah instrumen pukul lainnya. Musik yang ditimbulkan barungan berukuran besar ini sangat ritmis dan bersuasana magis. Pada jaman dulu barungan ini digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengusir wabah yang menimpa desa setempat. Dengan nuansa yang magis dipercaya mampu mengusir hal-hal yang bersipat negative.
Kesenian Tektekan
Seni tradisional Tektekan ini berasal dari alat musik sederhana yang terbuat dari batang bambu, dipadukan dengan sejumlah alat musik tradisional lainnya, mampu menyuguhkan pementasan seni yang indah, sebuah budaya luhur yang berkembang dengan baik dan masih terjaga lestari sampai sekarang ini. Kesenian tradisional Tektekan, dari segi etimologi berasal dari kata “Tek” ini dikarenakan bunyi yang dihasilkan didominasi dari suara tek…tek…tek sehingga menjadilah Tektekan. Musik atau kesenian tradisional Bali ini berasal dari alat sederhana, yaitu sebuah kentongan (kulkul) yang berasal dari batang bambu, kentongan tersebut dipukul menggunakan pemukul dari bambu ataupun kayu. Untuk menjadi sebuah penampilan seni, maka kentongan tersebut dimainkan oleh sekitar 30 – 40 orang dengan ritme seperti suara “cak” pada pementasan tari kecak, tektekan dipadukan dengan alat musik tradisional lainnya seperti ceng-ceng, kendang, seruling, kempur dan seperangkat alat gamelan lainnya.
Kesenian Leko
Kesenian Leko ini sudah cukup lama ada dari tahun 1910-an di Desa Kukuh, Kerambitan, Tabanan. Tarian ini dipentaskan di Puri Anyar Kerambitan dengan seorang seniman bernama Ni Nyoman Manis. Pada waktu itu kesenian ini mengambil dasar tari Sang Hyang Dedari. Pada mulanya penarinya hanya satu orang, tarian ini sempat redup karena ditarikan pada saat-saat tertentu di puri. Kemudian, sejalan kemajuan pariwisata kesenian ini dihidupkan lagi sekitar tahun 1984 oleh seniman dari Desa Kukuh, Kerambitan bernama Made Ladra.
Kesenian ini dipadukan dengan tabuh menggunakan empat buah tingklik dilengkapi sepasang kendang lanang wadon, satu buah kecek, kelendur, dan empat orang penabuh gebyog dan kepyokan. Kesenian Bumbung Gebyog Leko terinspirasi dari kehidupan petani di Desa Tabanan yang sangat tekun mengolah sawah dan menanam padi. Oleh pangelingsir dan tokoh masyarakat, tarian ini juga terinspirasi dari adanya gangguan dalam memelihara tanaman padi menjelang panen seperti serangan hama tikus dan burung.
- POTENSI WISATA
Desa Kukuh, Kecamatan Kerambitan, Tabanan, adalah desa dengan segala potensi alamnya ditambah dengan kekayaan seni dan budayanya yang selalu dijaga dan dilestarikan. Terbukti dari adanya sanggar-sanggar dan sekaa kesenian di Desa Kukuh, beberapa diantaranya Sanggar Tari Dwiyani, Sekaa Gong Anak-Anak Suara Adi Yowana, Sekaa Gong Dan Sekaa Joged Rama Dewa. Mayoritas kelompok-kelompok kesenian tersebut banyak diisi generasi-generasi muda yang ada di desa Kukuh. Hal ini tentunya juga bisa menjadi salah satu daya tarik wisata.